Senin, 27 Mei 2013

TERJEMAH KITAB WASHOYA AL ABAA' LIL ABNAA'



MUKADDIMAH PENGARANG

Segala puji milik Allah semata, Pencipta, Pemilik, Pemelihara, Penguasa alam semesta. Shalawat dan salam bagi Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, serta seluruh  keluarga dan sahabatnya.
Buku yang hadir ketengah pembaca ini merupakan usaha awal dalam membahas masalah akhlaq yg mulia (yang diridlai Allah). Sengaja saya tulis buku ini bagi mereka yang menekuni  Dienul Islam. Tulisan ini mengandung berbagai masalah akhlaq yang sangat dibutuhkan setiap murid untuk mewujudkan cita-citanya. Semoga Allah Subhaanahu wa Ta’ala memberkahi mereka dengan akhlaqul karimah (akhlaq yang mulia) dan memberikan kesuksesan, serta memperoleh kesuksesan dari ilmu yang mereka miliki, baik bagi diri mereka maupun kalian makhluk Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penolong dan Maha Pemberi Petunjuk.


PELAJARAN I
NASIHAT GURU KEPADA MURIDNYA

Wahai anakku, semoga Allah memberimu petunjuk dan pertolongan untuk selalu beramal sholih. Sesungguhnya bagiku engkau ibarat seorang anak yang berada di sisi ayah yang dicintainya.  Aku akan bahagia dirimu berbadan sehat, berpendirian kuat, suci hati, berakhlak mulia, menjaga adab, menjauhi perkataan tercela, lemah lembut dalam bergaul, menyayangi sesama, menolong fakir, belas kasih terhadap yang lemah, pemaaf, tidak meninggalkan sholat, dan tidak menunda-nunda waktu untuk beribadah kepada Pencipta, Pemilik, Pemelihara, Penguasamu.
Wahai anakku, seandainya engkau mau menerima nasihat dari seseorang, maka akulah orang yang pantas untuk kau terima nasihatnya. Aku adalah gurumu, pendidikmu yang membantu memelihara jiwamu. Engkau tidak akan mendapat seorangpun yang telah mengharapkan kebaikan darimu sesudah orang tuamu kecuali aku (gurumu).
Wahai anakku, sesungguhnya aku adalah seorang pemberi nasihat yang patut nutuk dipercaya. Karena itu, terimalah dengan ikhlas segala nasihatku, dan amalkanlah dalam hidupmu serta dalam pergaulan dengan teman-temanmu.
Wahai anakku, bila engkau tidak mengamalkan segala nasihatku dalam kesendirianmu, maka engkau tidak akan dapat mengamalkannya di kala bergaul dengan teman-temanmu.
Wahai anakku, bila engkau tidak menuruti nasihatku, siapakah yg akan engkau ikuti?, apakah artinya engkau memaksa dirimu untuk duduk dihadapanku?!
Wahai anakku, sesungguhnya seorang guru menyayangi anak didiknya yang taat dan sholih, sukakah engkau bila guru yang telah mendidikmu tidak rela dan tidak mengharap suatu kebaikan atas dirimu?
Wahai anakku, sesungguhnya aku sangat mengharapkanmu agar selalu beramal shalih. Karena itu bantulah aku menyampaikan kebaikan itu kepadamu dengan cara kamu mentaati dan melaksanakan akhlak karimah yang kuperintahkan kepadamu.
Wahai anakku, akhlak yg paling baik adalah hiasan bagi insan, baik bagi dirinya dalam bergaul dengan teman, keluarga dan sanak-saudaranya. Karena itu, jadilah engkau seorang yang memiliki akhlaqul karimah, tentu setiap orang akan memuliakan dan menyayangimu.
Wahai anakku, bila engkau tidak menghiasi ilmu  dengan akhlaq yang mulia, maka ilmu itu  akan lebih membahayakanmu dari pada kebodohanmu. Karena orang yang bodoh dimaafkan karena kebodohannya dan tiada maaf bagi seorang yang alim (pandai) dihadapan manusia bila tidak menghiasi diri dengan akhlaq yang baik.
Wahai anakku, jangan engkau hanya menanti saran dan kritik dariku, sesugguhnya mawas diri itu lebih utama dan lebih besar manfaatnya.
Wahai anakku, Rasulullah saw. pernah  bersabda: “Sesungguhnya Allah mensucikan agama ini (Islam) karena diri-Nya. Tidak akan suci agamamu kecuali dengan sifat dermawan dan baik budi pekerti. Hiasilah agamamu dengan keduanya.” (HR. Ath-Thabrani dari Imran bin Husain. Imam As-Suyuthi menyatakan bahwa hadits ini dha’if).

 

PELAJARAN II

WASIAT BERTAQWA KEPADA ALLAH


Wahai anakku, sesungguhnya Rabbmu mengetahui apa yang tersimpan dalam hatimu, semua yang di ucapkan oleh lisanmu dan melihat seluruh perbuatanmu. Karena itu bertaqwalah pada Allah Yang Maha Agung.
Wahai anakku, hindarilah olehmu jangan sampai Allah tidak ridla dengan perbuatanmu. Hidarilah olehmu jangan sampai Rabbmu yg telah menciptakanmu, memberimu rezki dan akal yang sehat sehingga engkau dapat mengamalkannya dalam hidup dan kehidupan itu murka kepadamu. Bagaimanakah perasaanmu bila engkau berbuat sesuatu yang  dilarang oleh orang tuamu, sedangkan orang tuamu melihat pebuatan itu? Tidakkah engkau takut keduanya memarahimu? hendaklah perbuatanmu terhadap Allah pun demikian. karena Allah selalu memperhatikan segala perbuatanmu, walau engkau tidak melihat-Nya. Jangan sekal-ikali engkau mengingkari perintah Allah dan jangan engkau melakukan sesuatu yang dilarang-Nya.
Wahai anakku, sesungguhnya ancaman dan siksa Rabbnu sangat  keras dan berat. Karena itu  takutlah engkau anakku, takutlah pada murka rabbmu jangan sampai  sifat “Halim” (kebijakan) Allah membujuk  dirimu. “Sesungguhnya Allah menangguhkan siksanya pada orang yang zalim sampai dengan Allah menyiksanya, sehingga dia tidak dapat lepas  dari adzab yang pedih.” (Hadis ini “Syarif” diriwatkan oleh Bhukhari, Muslim, Tirmizi, dan Ibnu Majah dari Abi Musa Al-Asy’ari dari Nabi saw.).
Wahai anakku, sesungguhnya dalam taat pada Allah itu terdapat kenikmatan dan kebahagiaan yang tidak dapat di dicapai, kecuali dengan berulangkali menghadapi cobaan.  Karena itu anakku, taatlah kepada Rabbu dengan sikap tabah menghadapi cobaan, agar engkau mendapat kenikmatan dalam beribadah dan kebahagiaan dalam taqwa pada Allah, sehingga engkau dapat mengetahui  dan merasakan keiklasanku  dalam menasehatimu.
Wahai anaku, sungguh pada mulanya akan kau dapati perasaan berat untuk taat pada Allah. Tabah dan sabarlah menghadapi hal itu, sehingga ketaatanmu pada Allah mejadi suatu kebiasaan yang engkau lakukan dengan penuh kesadaran.
Wahai anakku, mawas dirilah ketika engkau berada dibangku sekolah kala engkau belajar, membaca dan menulis. Dianjurkan padamu agar menghafal Al Qur’anul Karim. Apakah engkau tidak merasa malu di sekolah dan dihadapan gurumu bila engkau tidak mematuhi tata tertib, padahal dirimu dituntut untuk itu. Karena itu ingat lah! Pada hari ini engkau telah mengetahui keutamaan dalam menuntut ilmu dan engkau telah tahu bahwa gurumu adalah orang yang selalu berusaha bagi kemaslahatan (kebaikan) dirimu.
Wahai anakku, dengar dan perhatikan nasihatku, sabarlah dalam  taat kepada Allah, seperti kesabaranmu dalam belajar disekolah. Suatu saat engkau akan mengetahui faedah nasihat ini dan akan jelas suatu kau rasakan bila dirimu mendapat pertolongan Allah untuk melaksanakan nasihat-nasihat gurumu.
Wahai anakku, janganlah kau mengira bahwa bertakwa kepada Allah cukup dengan sholat, shaum (dibulan Ramadhan) dan ibadah-ibadah sejenisnya saja. Sesungguhnya taqwa pada Allah itu mencakup segala hal. Sebab itu bertaqwalah kepada Allah dalam beribadah pada Robbmu, jangan sekali-kali engkau mengingkari dalam bergaul dengsn teman-temanmu, jangan  sampai menyakiti hati mereka. Bertaqwalah pada Allah dalam menegakkan Dien-mu, jangan sekali-kali engkau khianati ketentuan Allah dan pertahankanlah jangan samai Dien-mu dikuwasai musuh. Bertakwalah pada Allah, jangan menunda-nunda ibadah dikala sehatmu dan jangan hiasi dirimu kecuali Ahlaqul Karimah (akhlaq yang mulia).
Wahai anakku, Rasullah saw. telah bersabda: “Bertaqwalah pada Allah dimana saja engkau berada, ikutilah segera perbuatan jelek (maksiat) dengan perbuatan baik (ibadah), maka ibadah itu akanmenghapus dosa dari maksiat. Dan berakhlaq baiklah dihadapan umat manusia.” (Hadits Riwayat Imam Ahmad, Tirmidzi, dan Hakim dari Abu Dzar dan Mu’adz bin Jabal).


PELAJARAN III
HAK DAN KEWAJIBAN TERHADAP ALLAH DAN RASUL- NYA

 Wahai anakku, sesungguhnya Allah Tabaaraka Wa Ta’ala (yang banyak berkahnya lagi Maha Luhur)  telah menciptakanmu dan menyempurnakan berbagai nikmatnya padamu baik lahir maupun batin. Tidaklah kau sadari, sesungguhnya awal darimu hanyalah setetes air (mani) yang memancar kerahim ibumu atas curahan nikmat serta rahmat Rabbmu engkau lahir dari kandungan ibumu sehingga anak manusia yang sempurna. Allah menganugrahi dirimu dengan lisan sehingga engkau dapat berbicara, telinga sehingga dapat mendengar, mata sehingga engkau dapat melihat dan akal sehingga engkau dapat membeakan yang baik dan buruk. Sesuai dengan firman-Nya: “Dan Allah telah mengelkuarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur.” (QS. An Nahl: 78)
Bukankah Allah yang telah memberimu berbagai nikmat dan anugerah serta kebaikan dari sisi-Nya dan Dia pula yang berkuasa mencabut kembali segala nikmat, anugerah dan kebaikan  itu dari sisimu bila engkau melakukan perbuatan yang menyebabkan murka-Nya.
Wahai anakku, kewajibanmu yang pertama tehadap Allah Penciptamu yang Maha Luhur dalam segala hal adalah mengetahui sifat-sifa-Nya yang sempurna, dan bersungguh-bersungguh dalam taat pada-Nya dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjahui laranga-Nya. Hendaklah engkau yakin dengan teguh dan mantap bahwa yang engkau pilih buatmu sendiri. Jangan mengikuti hawa nafsu mengerjakan sesuatu yang tidak berguna, dan taat pada makhluk, baik mulia ataupun hina (dalam pandanganmu) sehingga menghalangi drimu untuk taat dan beribadah pada Rabbmu.
Wahai anakku, sebagaian dari kasih sayang Allah kepada para hamba-Nya ialah dengan mengutus beberapa orang rasul “alaihimussalaatu wasallam” (semoga rahmat dan salam dicurahkan kepada para utusan), untuk memberi petunjuk kepada manusia dalam melaksanakan ibadah dan urusan dunia mereka. Rasul terakhir sebagai penutup ialah Muhammad bin Abdillah bin Abdil Muthalib berkebangsaan Arab dari Bani Hasyim Shallahu alaihi wasallam (semoga rahmat dan keselamatan selalu dicurahkan pada beliau). Mentaati perintah rasul Allah yang mulia itu wajib atas dirimu seperti engkau menaati perintah-perintah Allah yang telah menciptakanmu: “Hai orang-orang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul serta ulil amri (pemimpin) diantaramu.” (QS. An Nisa’: 59). “Barangsiapa yang taat pada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan barangsiapa yang bepaling niscaya akan diadzab-Nya dengan adzab yang pedih.” (QS. Al Fath: 17).
Wahai anakku, sesungguhnya Rasulullah saw. Tidak pernah berbicara mengikuti hawa nafsunya, setiap perintah dan larangannya adalah berdasarkan wahyu Allah. Karena itu taat kepada Rasulullah merupakan bagian ketaatan kepada Allah yang Maha Bijaksana: “Katakanlah, jika kamu mencintai Allah, maka ikutillah aku, niscaya Allah akan mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.” (QS. Ali Imran: 31).
Wahai anaku, tidak sempurna iman seseorang sebelum cintanya pada Allah dan Rasul-Nya melebihi kecintaanya terhadap segala sesuatu selain Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah saw. Telah bersabda: ”Tidaklah sempurna iman seseorang diantara kamu sekalian, sehingga diriku lebih dicintainya daripada orang tua dan anak kandungnya serta umat manusia seuruhnya.“ (Hadist Riwayat Iman Ahmad, Bukhori, Nasai, Ibnu Majah, dari Anas bin Malik ra.)


PELAJARAN IV
HAK DAN KEWAJIBAN TERHADAP KEDUA ORANG TUA

Wahai anakku, ketika engkau merasa benar dalam berbakti pada ayah ibumu, maka sesungguhnya kewajiban kedua orang tuamu terhadap dirimu lebih berat dari itu semua, yang kewajiban itu nanti akan dilipat gandakan atas dirimu: “Maka janganlah kamu katakan pada keduanya perkataan ’’ah’’ dan janganlah kamu membentak mereka, ucapkanlah pada mereka perkataan yang mulia. Rendahkanlah dirimu terhadap keduanya serta berdo’alah: “Wahai Rabbku, kasihanilah kedua orang tuaku  sebagaimana keduanya  mengasihani aku diwaktu kecil.” (QS. Al Israa: 23-24).
Wahai anakku, lihat dan ambilah teladan dari seorang bayi serta kasih sayang orang tuanya pada anak itu. Dan lihatlah susah payah kedua orang tua dalam memelihara kesehatan anaknya, memberi makan dan minum serta menjaganya siang dan malam, di saat sehat maupun sakit. Sekarang  engkau tahu, betapa beratnya tanggung jawab orang tuamu  dalam mendidik dan membesarkanmu hingga engkau  tumbuh  dewasa.
Wahai anakku, sungguhnya saat ini dirimu dikala Allah menolongku untuk menunjukkanmu jalan yang benar  tidak dapat memungkiri kenikmatan pemberian orang tuamu yang tak pernah kikir dalam memberimu nafkah dengan seluruh  kemanpuan yang mereka miliki. Seandainya orang tuamu tidak mau memberi nafkah, tentu engkau tidak mendapat kesempatan  belajar di sekolah bersama teman-temanmu.
Wahai anakku, setiap orang tentu ingin dirinya dapat mencapai derajat yang tinggi, berkedudukan, serta dicintai Allah dan seluruh umat manusia. Mereka selalu berharapan kedudukannya melebihi segala yang ada. Tetapi orang tua lebih menyukai bila anaknya dapat mencapai kedudukan (derajat) yang lebih tinggi dan penghormatan yang lebih mulia dari mereka. Lalu kewajiban apakah yang harus engkau perbuat terhadap orang yang mendahulukan kepentingan pribadinya, yang selalu mengharapkan kebaikan dirimu lebih dari harapanmu sendiri?
Wahai anakku, takutlah engka membuat kemarahan kedua orang tuamu. Karena sesungguhnya murka orang tuamu adalah murka Allah juga. dan barangsiapa membuat Allah murka (karena membuat kemarahan orang tua), maka dia akan merugi dunia akhirat.
Wahai anakku, taatilah perintah ayah ibumu, janganlah sekali-kali membantahnya, kecuali bila mereka memerintahkanmu untuk ingkar pada Rabbmu:
“Tidak ada taat kepada makhluk (sekalipun orang tua sendiri), didalam melakukan maksiat (dosa) kepada Khalik (Allah).” (Hadis syarif diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Hakim dari Imran  bin Husain dan Hakam bin Amrin  Al-Ghiffari ra.).
“Dan kami perintahkan pada manusia berbuat baik kepada ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah pada-Ku dan kedua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah tempat kembalimu.”
“Dan jika keduanya memaksamu  untuk memper sekutukan Aku dengan sesuatu yang kamu tidak ada pengetahuan tentang itu, janganlah kamu ikut keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia  dengan baik, dan ikutilah jalan orang  yang kembali pada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka akan Ku-beritakan  padamu apa yang telah  kamu perbuat.” (QS. Luqman: 14-15)
Wahai anakku, sesungguhnya orang yang paling menyayangimu adalah ayah ibumu yang telah mendidik dan memeliharamu sejak kecil sampai engkau tumbuh dewasa, menjadi seorang pelajar dan menuntut ilmu pengetahuan islam. Karena itu terimalah nasihat  dan petuahnya, karena orang tuamu lebih mengetahui sesuatu yang akan engkau hadapi dari pada dirimu sendiri. Dan orang tuamu lebih mengetahui sesuatu yang membawa sifat manfaat atau mudlarat atas dirimu. Sungguh, Allah-lah yang menguasai dan memberi petunjuk, pertolongan serta kemashlahatan (kebaikan) dirimu.


PELAJARAN V
HAK DAN KEWAJIBAN TERHADAP TEMAN

Wahai Anakku, ingatlah! Engkau telah menjadi seorang pelajar yang menuntut ilmu dan engkau memiliki banyak teman. Mereka adalah saudara dan temanmu dalam pergaulan. Karena itu, jangan engkau menyakiti hati atau berlaku buruk terhadap mereka.
Wahai anakku, bila engkau duduk janganlah engkau persempit tempat bagi temanmu, lapangkanlah tempat sehingga temanmu dapat duduk dengan leluasa. Sesungguhnya menyempitkan tempat duduk (tidak memberikan kesempatan untuk duduk) pada orang lain itu termasuk perbuatan yang mengesalkan dan menyakitkan hati, sehingga membuat tidak enak di hati serta memunculkan banyak keburukan.“Hai orang-orang beriman, bila dikatakan padamu: berlapang-lapanglah dalam majelis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang menuntut ilmu. Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadalah: 11)
Wahai anakku, bila seorang temanmu mendapatkan kesulitan dalam belajar dan bertanya pada gurumu, dengarlah baik-baik jawaban guru tersebut, mungkin dengan demikian engkau akan mendapat faedah yang sebelumnya tidak kau ketahui. Hindarilah olehmu kata-kata yang menyinggung dan menghina temanmu, atau menunjukkan wajah sinis karena kurang berkenan atas pertanyaan temanmu itu.
Wahai anakku, Imam Abu Hanifah ra. (pembangun mazhab Hanafi) pada suatu waktu ditanya: “Apa sebabnya sehingga engkau mendapat ketinggian ilmu pengetahuan yang sangat luas?” jawab Imam Abu Hanifah: “Aku tidak malas dalam mengambil manfaat (dengan belajar atau mengajar), dan aku tidak pernah mencegah orang yang ingin belajar dariku.”
Wahai anakku, jangan engkau persenpit jalan menuntut ilmu bagi teman-temanmu ketika mereka bertanya pada guru tentang masalah yang benar-benar belum diketahui. Bila engkau menghendaki suatu manfaat temanilah mereka dalam meyimak penjelasan guru (sekalipun engkau telah faham dan mengerti).
Wahai anakku, jika engkau tinggal bersama beberapa temanmu dalam satu asrama, Jaga dirimu jangan sampai meresahkan mereka. Bila waktu istirahat tiba, jangan engkau mengganggu mereka dengan  suaramu yang  keras dalam membaca atau menghafal pelajaranmu. Belajarlah dengan sopan du asrama, biarkan mereka beristirahat dengan tenang seperti ketika dirimu beristirahat. Bila fajar menyingsir dan engkau telah bangun dari tidurmu, shalat subuhlah bagunkan teman-temanmu dengan lembut dan sopan. Sholatlah berjama’ah, karena sholat berjamaah itu lebih utama dari pada sholat seorang diri.
Wahai anakku, bila temanmu membutuhkan pertolongan, janganlah engkau merasa berat untuk menolongnya. Jauhkan sikap membanggakan dirimu, bahwa engkau lebih memiliki keutamaan dari temanmu.
Wahai anakku, Rasululluah saw. telah bersabda: “Orang mukmin terhadap mukmin lainnya itu ibarat suatu bangunan yang satu sama lain saling menguatkan.” (Hadits Riwayat Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan Nasai dari Abi Musa Al-Asy’ari).


PELAJARAN VI
ADAB DALAM MENUNTUT  ILMU

Wahai anakku, belajarlah dengan sungguh-sungguh dan penuh semangat. Jagalah waktumu jangan sampai berlalu dengan sesuatu yang tidak mendatangkan manfaat bagimu.
Wahai anakku, baca dan pahamilah dengan penuh kesungguha pelajaran yang telah maupun yang belum di bahas oleh gurumu. Bila engkau menemui kesulitan jangan ragu untuk bertanya dan mendiskusikannya dengan temanmu. Dan jangan engkau alihkan ke masalah lain, sebelum tuntas masalah pertama dan dapat kau pahami dengan baik. Apabila guru telah memilihkan tempat untukmu, jangan engkau pindah ketempat lain. Bila salah seorang  teman kamu hendak menempati tempat dudukmu, janganlah kamu bertengkar atau mengganggunya, tetapi kemukakan kepada gurumu agar beliau memberimu tempat duduk tertentu.
Wahai anakku, bila gurumu telah memulai pelajaran, jangan engkau larut dalam pembicaraan dengan temanmu, simaklah setiap pembicaraan gurumu dengan penuh kesungguhan. Jangan engkau melamun ditengah-tengah  pelajaran. Bila engkau menemui kesulitan, mintalah kepada gurumu dengan sopan untuk mengulangi menerangkan sekali lagi. Jangan engkau melantangkan suara di hadapan gurumu dan jangan engkau bantah penjelasan gurumu, sehingga dia tidak menyukaimu.
Wahai anakku, bila seorang murid telah melanggar adab dihadapan guru dan teman-temannya, maka wajiblah dididik untuk beradab yang baik karena belum memahami masalah adab.
Wahai anakku, bila engkau tidak memuliakan gurumu lebih dari orang tuamu, maka engkau tidak mendapatkan manfaat dari ilmu yang di ajarkannya.
Wahai anakku, tawadlu (merendahkan hati) dan akhlak yang baik itu adalah hiasan ilmu pengetahuan. Maka barang siapa tawadlu karena Allah, akan di angkatlah derajatnya. Allah  akan menjadikan seluruh makhluk-Nya cinta dan hormat kepadanya. Barang siapa takabur dan berakhlak tercela maka jatuhlah martabatnya. Allah akan menjadikan seluruh makhluk membenci dirinya, dan tidak mungkin ada orang yang menghormati, memuliakan dan menyayanginya.
Wahai anakku, tidak ada sesuatu yang lebih  berbahaya bagi pelajar dari pada kemarahan guru dan ulama, karena itu, takutlah anakku, jangan sampai engkau membuat kemarahan pendidikmu atau menunjukkan akhlak tercela dihadapannya. Terimalah anakku nasihatku ini! Carilah keridlaan guru-gurumu, mintalah do’a mereka agar engkau mudah dalam belajar. Semoga Allah mengabulkan do’a guru-gurumu sehingga tercapai cita-citamu. Apabila engkau sedang menyepi seorang diri, perbanyaklah munajat (berdialog) dan tawakal (berserah diri) kepada Allah, semoga Allah memberimu ilmu pengetahuan yang luas dan bermanfaat dengan mengamalkan ilmu tersebut. Sesungguhnya Rabbmu Maha Mendengar dan mengabulkan segala do’a, yang luas Anugerah dan Kemuliaannya.


PELAJARAN VII
ADAB BELAJAR, MENGKAJI ULANG DAN DISKUSI

Wahai anakku, apabila engkau menghendaki kebaikan atas dirimu, maka ajaklah beberapa orang teman sekolahmu untuk muthala’ah (belajar) bersama, mungkin temanmu dapat menolongmu dalam memahami sesuatu. Bila engkau telah memahami pelajaranmu, jangan kau tinggalkan begitu saja buku pelajaranmu. Tetaplah belajar bersama dengan teman-temanmu seperti engkau sedang menghadapi pelajaran dihadapan para didikmu.
Wahyai anakku, berlaku sopanlah terhadap temanmu dalam belajar. Bila engkau lebih cepat memahami masalah, jangan sekali-kali engkau menghina temanmu (baik dengan kata-kata atau perbuatan) dengan menunjukkan kebolehanmu dalam membahas atau memahami suatu masalah.
Wahai anakku, jauhkan dirimu dari berdebat (mujadalah) dan bersitegang dalam perkara yang batil (salah). Sesungguhnya ilmu pengetahuan itu adalah amanah dan barang siapa menggunakan ilmu pengetahuan ke arah kebathilan, berarti dia menyia-nyiakan amanah dari Allah SWT.
Wahai anakku, perbanyaklah mudzakarah (mengkaji ulang) berbagai pelajaran yang telah engkau dapatkan. Sesungguhnya petaka (afat) bagi ilmu pengetahuan adalah lupa. Ketahuilah!, sesungguhnya engkau adalah orang yang terpandang di masyarakat, tentu akan datang ujian bagi setiap ilmu pengetahuan yang engkau miliki. Orang yang dapat mengatasi ujian itu, akan mendapat kedudukan mulia, sebaliknya masyarakat akan mencelanya bila dia tidak berhasil mengatasi dengan baik. Dengan demikian akan terlihat kesungguhan orang  tersebut dalam belajar.
Wahai anakku, hindari olehmu, jangan sampai mdzakarahmu hanya menghafal kata-kata tanpa tahu arti dan maknanya. Berusahalah untuk mengerti arti dan maksud yang terkandung didalamnya untuk kemudian kau tanamkan dalam hati. Karena ilmu pengetahuan itu adalah sesuatu yang engkau fahami, bukan sesuau yang engkau hafal.
Wahai anakku, bila engkau dan temen-temanmu berkumpul untuk berdiskusj dan saling mengemukakan pandapat dalam berbagai masalah, jangan sekali-kali engkau memutus pembicaraan seseorang yang sedang mengajukan argumentasinya, dan jangan engkau tergsa-gesa menjawab masalah sebelum jelas duduk persoalanya. Jangan sekali-kali engkau membantah suatu masalah tanpa alasan kuat, dan jangan engkau memperdebat permasalahan dengan yang tidak haq (benar). Jangan  menunjukkan kemuliaan pribadi (pangkat, titel, dsb.) kepada lawan bicaramu. Jangan meninggalkan ruang munadharah (diskusi) sebelum diskusi selesai, hanya karena kalah bicara dan jangan mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan hati lawan bicaramu, serta menyalahkannya bila memberi jawaban yang kurang tepat (jangan sombong bila menang dan jangan putus asa bila kalah, itulah watak ilmuwan).
Wahai anakku, munadharah (diskusi ) sesama  pelajar dalam membahas masalah ilmiyah, banyak membawa manfaat, diantaranya: memperkuat pengertian, memperlancar pembicaraan, membantu mengambil i’tibar (pelajaran ) dari suatu masalah dalam menambah keberanian diri. Tetapi wahai anakku, semua itu tidak akan memberi manfaat atas dirimu baik dalam pandangan Allah ataupun umat manusia, kecuali bila engkau memiliki adab yang mulia, menjahui kat-kata yang tak layak diucapkan dan bicaralah dengan perkataan yang haq sekalipun terhadap dirimu sendiri. Janganlah engkau takut pada celaan orang, selam engkau berpijak pada AL-Haq.


PELAJARAN VIII
ADAB OLAH RAGA DAN BERJALAN DI JALAN UMUM

Wahai anakku, peliharalah kesehatanmu dengan berolah raga diwaktu senggang, sehingga akan pulih kembali semangatmu yang telah pudar dalam menuntut ilmu. Bila engkau hendak berolah raga pilihlah waktu yang udaranya masih sejuk (belum terlalu  bayak populasi), yaitu pagi hari. Berjalanlah dengan tenang (menjaga tata tertib lalu lintas), jangan tergesa-gesa, jangan dorong-mendorong dengan teman (sambil bermain-main) dan janganlan tertawa terbahak-bahak.
Wahai anakku, bila engkau berolah raga atau berjalan bersama-sama teman-temanmu, janganlah memenuhi  jalan umum  sehingga mengganggu  orang  yang hendak lewat. Dan jangan berjajar dijalan umum. Apabila jalan yang kalian lewati itu lebar, berjalanlah dua-dua, bila jalan itu sempit, berjalanlah satu persatu.
Wahai anakku sesungguhya jalan umum itu bukan milik seseorang, tetapi setiap orang yang lewat berhak atas  jalan  itu. Karena itu jangan sekali-kali kalian memenuhi jalan umum sambil bergurau, hal demikian tidak patut dilakukan oleh kaum terpelajar, yang akan menjatuhkan martabat mereka dimata masyarakat.
Wahai anakku, bila engkau melihat ditengah jalan ada sekelompok orang yang berjalan sambil bergurau hendaklah kamu tidak ikut terpancing atau mendekati mereka, sebab kemungkinan besar hal tersebut  menjaga peyebab kehinaanmu atau kamu dituduh melakukan sesuatu yang tidak kamu lakukan.
Wahai anakku, janganlah engkau terpancing bila ada seseorang yang mengganggumu ditengah keramaian, maafkanlan orang yang menggangumu, tentu Allah akan mengangkat martabatmu: “Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan serupa. maka barang siap memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya atas tanggungan Allah.” (QS. Asy-Syuura: 40)
Dengan aklak seperti inilah Allah SWT. telah mendidik kita melalui  kitab-nya yang mulia.
Wahai anakku, bila engkau keluar dari masjid atau rumah untuk membeli suatu kebutuhan, seperti makanan, minuman, pakaian dan sebagainya, jangan engkau dengar dan tanggapi perkataan orang-orang jahil (bodoh) yang kasar dan hina, jauhkan dirimu dari mereka. dan hindarilah tawar menawar dengan  penjual, jika engkau setuju dengah harga yang telah ditentukan, maka bayarlah. Jika tidak, tinggalkanlah dengan sopan. Jangan engkau tawar suatu barang jika tidak bermaksud membelinya. karena hal itu akan membuat mereka mengucapkan perkataan yang hina.
Wahai anakku, bila engkau berbicara dengan seseorang jangan engkau keraskan  suaramu melebihi suara teman bicaramu. Jadilah engkau seorang yang halus dan sopan dalam pembicaraan. Jangan engkau bicara dengan kata-kata yang menjatuhkan martabatmu dihadapan teman bicaramu, walaupun orang itu sebaya dan setaraf denganmu dalam usia atau kedudukan. Bila ada orang yang bicara denganmu, dengarkan baik-baik, dan jangan engkau menanggapinya dengan keras dan kasar:
”Pergaulilah umat manusia itu dengan akhlaq yang baik.” (Hadits syarif, diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Hakim dan Abu Dzar. Imam Ahmad dan Tirmidzi Meriwayatkan dari Mu’adz RA.).



PELAJARAN IX
ADAB MAJELIS DAN KULIAH

Wahai  anakku, bila  kamu  melewati  sekelompok  orang, ucapkanlah  salam  kepada  mereka   dengan  ucapan  salam  yang    sesuai  dengan  sunnah  Rasul, yaitu:“Assalamu’alaikum“ (semoga  keselamatan dicurahkan pada  kalian). Dan jangan engkau ganti ucapan salam itu dengan salam yang tidak ada tuntutan dari Rasulullah saw. Janganlah engkau memasuki ruangan  kecuali  setelah  meminta  izin. Mungkin mereka yang dalam ruangan sedang membicarakan suatu perkara yang tidak boleh di dengar orang lain selain mereka. Jauhui pula olehmu sifat kekanak-kanakan, karena sifat itu sangat mempengaruhi wibawa, sekalipun yang melakukannya adalah orang yang terpandang saat itu.
Wahai  anakku, berkacalah pada dirimu sendiri bila engkau melakukan sesuatu yang engkau tidak suka perbuatanmu itu diketahui orang selain dirimu, kemudian ada seseorang yang tidak engkau kehendaki memasuki kamarmu dan melihat apa yang kau lakukan. Bukanlah engkau merasa kesal dan engkau menghedaki orang tersebut pergi? Seperti itulah perasaan sekelompok orang yang sedang mengadakan pertemuan, bila engkau masuk tanpa izin sebelumnya, dan tentu merekapun tidak menyukai kehadiranmu ketengah-tengah mereka.
Wahai anakku, bila engkau diundang menghadiri suatu majelis (pertemuan), sedang engkau termasuk orang yang berusia muda diantara yang hadir, jangan engkau duduk sebelum engkau  dipersilahkan. Bila engkau duduk, janganlah mendesak orang yang lebih dahulu duduk, atau janga sekali-kali mengusir seseorang dari tempatnya, kecuali dia mempersilahkanmu menepati kursinya. Bila engkau duduk disuatu tempat, kemudian datang orang yang lebih patut menepatinya, persilahkanlah dengan sopan untuk menduduki tempat tersebut. Bila semua itu engkau lakukan dengan i’tikat yang baik dan penuh keihlasan, maka kemuliaanmu  di mata masyarakat akan bertambah.
Wahai  anakku, bila engkau berada dalam suatu pertemuan, jangan engkau mendahului membuka pembicaraan dengan orang yang lebih utama darimu. Bila engkau berbicara, hendaklah hanya yang haq dan jangan engkau melebih-lebihkan pembicaraan. Sanggahlah perkataan orang lain dengan adab yang baik. Hindarilah tertawa terbahak-bahak dalam ruang pertemuan, karena hal itu termasuk adab yang rendah dan perbuatan yang hina dalam pandangan orang. Dan banyak tertawa itu dapat menghilangkan kemuliaan, dan menyebabkan hati orang yang  mendengar bosan terhadapmu.
Wahai  anakku, janganlah engkau berteman, kecuali dengan orang yang wara’ (dalam ilmunya), orang yang mulia, orang yang ‘iffah (menjaga diri dari sesuatu yang haram) dan yang sempurna akhlaqnya. Jangan berteman dengan pengumpat dan pengadu domba atau dengan orang-orang fasik dan orang-orang yang berebihan dalam ucapan dan perbuatan. Jauhi olehmu berteman dengan orang-orang yang berakhlaq rendah, suka mengada-ngada, munafik dan sejenisnyab, sebab akhlaq yang rendah  akan berpengaruh terhadap orang lain seperti api yang membakar  kayu sedikit-sedikit sampai akhirnya habis (akhlak yang tercelapun sedikit demi sedikit akan mempengaruhi untuk kemudian memusnahkan akhlak mulia).


PELAJARAN X
ADAB MAKAN DAN MINUM

Wahai anakku, bila engkau ingin hidup sehat lahir bathin, terhindar dari segala penyakit, janganlah engkau mengisi perutmu dengan sembarang makanan. Makanlah ketika engkau merasa lapar dan berhentilah sebelum terlampau kenyang karena Rasulullah saw. Telah bersabda: “Tidaklah anak Adam (manusia) memenuhi suatu wadah itu lebih jelek dari pada memenuhi wadah makannya (perutnya).” (Hadits Riwayat Imam Ahmad, Tirmizi, Ibnu Majah dan Hakim dari Miqdah bin Ma’dikariba).
Wahai anakku, bila engkau hendak makan, cucilah dahulu tanganmu, bacalah “Bismillah” diawali makanmu. Jangan engkau  telan makanmu sebelum mengunyahnya sehingga lunak, karena hal itu menolong pencernaan makanan, dan makanlah yang terdekat denganmu, jangan mengulurkan tangan untuk mengambil makanan yang jauh darimu, karena yang demikian itu adalah perbuatan yang tercela.
Wahai anakku, janganlah engkau melakukan perbuatan seperti yang dilakukan oleh orang  yang berakhlak tercela dan hina di mata manusia, yaitu jangan engkau makan di tengah pasar atau makan sambil berjalan sekalipun hanya makanan ringan. Karena yang demikian itu menghilangkan sifat wara’ (dalam  ilmunya) dan membuat dirinya terhina.
Wahai anakku, jauhilah sjfat bakhil (kikir), dan serakah. Bila engkau duduk untuk makan, sedang disisimu ada orang, baik  sudah kenal atau belum, ajaklah dia makan bersamamu, bila makananmu tersisa, sedekahkanlah pada fakir miskin. Dan janganlah engkau malu dengan memberikan sedekah yang sedikit itu, karena sedikit itu (sekalipun sedikit) sangat berarti bagi fakir miskin. Dan bila engkau memberikan sedekah pada seorang fakir, jangan sekali-kali engkau sertakan hina yang ditunjukkan padanya, jangan engkau ikuti sedekahmu dengan kata-kata yang menyakitkan hati orang yang engkau beri sedekah: “Ucapan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari pada sedekah yang diiringi dengan seuatu yang menyakitkan hati si penerima.” (QS. Al-Baqarah: 263)
Oleh karena itu, peliharalah sedekahmu jangan sampai diketahui orang lain, karena sesungguhnya sedekah sirri (secara rahasia)  itu memadamkan kemurkaan Allah swt.
“Sesungguhnya sedekah secara rahasia itu dapat menghapus  kemurkaan Allah swt.” (Hadits Riwayat Thabrani, dalam Kitab “Mu’jamul-Kaibil” dari Muawiyah bin Haidah)
Wahai anakku, jangan engkau makan dan minum dengan alat makan minum yang kotor, karena hal itu akan mendatangkan penyakit bagi dirimu, yang mungkin akan sulit disembuhkan. Dan minumlah air yang bersih, bila hendak minum, bacalah “Bismillah”. Jangan engkau minum sekaligus segelas air, minumlah sedikit demi sedikit, sebaiknya satu gelas diulang tiga kali yang setiap kalinya dipisahkan dengan bacaan “Bismillah”. Bila engkau telah selesai makan dan minum, bacalah “Alhamdulillah” (segala Puji milik Allah) yang telah memberimu makan dan minum. Bersyukulah atas nikmat yang telah dikaruniakan-Nya padamu, yang tidak terhitung banyaknya. Sesungguhnya Allah-lah yang memberimu petunjuk dan pertolongan.


PELAJARAN XI
ADAB BERIBADAH DAN MASUK MASJID

Wahai anakku, takut dan jauhilah olehmu ingkar dalam beribadah kepada Rabbmu, sebab sesungguhnya Rabbmu telah berfirman dalam kitab-Nya yang mulia: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki Supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah dialah Maha pemberi rezki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.”(QS. Adz-Dzaariyaat: 56 – 8)
Wahai anakku, jadilah engkau seorang yang selalu bersemangat dalam menjalankan ibadah fardlu (wajib ), khususnya shalat. Lakukanlah shalat fardlu tepat pada waktunya dengan barjama’ah. Apabila waktu shalat hampir tiba, siapkanlah dirimu untuk berwudlu, jangan saling mendahului dalam perjalanan ke masjid dan ke tempat wudlu, jangan berlebihan dalam menggunakan air untuk berwudlu. Apabila waktu shalat telah tiba dan muadzin telah melakukan adzan, segera hadapkan dirimu ke arah kiblat, lakukan shalat sunnat qabliyah (shalat sunnat yang dikerjakan sebelum shalat fardlu). Sesudah itu duduklah bertafakkur, i’tikaf atau bardzikir kepada Allah, sampai shalat berjama’ah dilaksanakan. Bila sampai waktunya untuk shalat berjama’ah, berjama’alah dengan khusyu’ dan tawadlu (merasa rendah diri). Ketahuilah! Sesungguhnya pada saat shalat, engkau sedang munajat (berdialog) dengan Robbmu dan berada dalam kekuasaannya-Nya. Imam Hakim meriwayatkan hadist dari abu Hurairah ra., dari Nabi saw., beliau telah bersabda: “Sesungguhnya salah seorang dari kamu sekalian apabila berdiri shalat, dia sedang melakukan munajat dengan Rabbnya. Maka jagalah adab bermunajat tersebut.” sebab itu jahuilah segala godaan syaitan dan hindari perasaan tidak khusyu’ berupa bisikan hati yang mengalihkan perhatian kepada selain munajat kepada Allah Yang Maha Pengasih.
Wahai anakku, apabila engkau telah menunaikan shalat fardlu, maka lakukan shalat sunnat ba’diyah (shalat sunnat yang dikerjakan sesudah shalat fardlu), berdo’alah kepada Allah dengan do’a yang telah diajarkan Allah dan Rasul-Nya. Beristigfarlah (memohon ampun) sebanyak mungkin dengan membaca “astaghfirullaahal ‘adziim” dan mohon kepadanya-Nya ditambah ilmu, sebab sesungguhnya Allah Maha Pembuka dan Maha Mengetahui.
Wahai anakku, lebih baik lagi selama berada di dalam masjid, engkau mampu memelihara wudlumu. Sebab sesungguhnya masjid adalah rumah yang yang diridlai Allah, maka siapa yang memasuki masjid akan mendapat keridlaan Allah. Salah satu adab yang tercela adalah apabila engkau masuk masjid, tetapi tidak beribadah kepada-Nya.
Wahai anakku, sesungguhnya perhatian muslimin selalu dicurahkan kepada para pelajar, dengan maksud memuliakannya. Mereka akan mambesar-besarkan yang sebenarnya kecil, jika kesalahan itu dilakukan oleh orang yang terpelajar. Sebab itu jagalah dirimu jangan sampai menjadi pembicaraan dikalangan mereka. Lunkanlah suaramu, jangan engkau bermusuhan dengan temanmu, jangan membencinya dan jangan menghalangi seorang mukmin yang beribadah kepada Rabbnya di masjid tersebut.
Wahai anakku, didalam masjid engkau akan selalu diperhatikan orang. Mereka akan mengambil i’tibar (teladan) dari akhlaq dan kekhusyua’an shalatmu. Karena itu janganlah engkau berbuat tidak sopan dan sholat tergesa-gesa, sehingga mereka tidak mau memperlihatkan dan mengindahkan nasihat serta  petunjuk yang engkau sampaikan.
Wahai anakku, janganlah engkau melakukan sesuatu yang kurang baik di dalam masjid, sehingga menjadi bahan pembicaraan umum yang memberi pengaruh negatif kepda teman-temanmu. Apabila engkau melihat seseorang melakukan shalat tidak sesuai dengan menurut hukum-Nya, tegurlah dengan bijaksana dan dengan nada yang lemah lembut. Apabila engkau ingin menyampaikan syariat Allah kepadanya, maka janganlah sekali-kali engkau membuat dia tidak tertarik mempelajari Dienul Islam. Allah akan memberi petunjuk jalan yang lurus kepada orang yang dihendaki.


PELAJARAN XII
KEUTAMAAN BERBUAT JUJUR

Wahai anakku, berusahalah engkau untuk menjadi sesorang yang selalu jujur dalam segala pembicaraan. Sebab sesungguhnya dusta itu adalah perbuatan yang buruk dan tercela. Janganlah engkau berdusta untuk memperoleh nama baik dikalangan teman-teman dan gurumu. Bila engkau sudah terbiasa berdusta: maka teman-temanmu tidak akan mempercayaimu, sekalipun apa yang engkau sampaikan itu adalah benar.
Wahai anakku, apabila engkau melakukan pelanggaran terhadap gurumu, engkau wajib menerima sangsi, maka janganlah engkau berdusta. Bila engkau ditanya, jawablah dengan terusterang. Dalam melakukan sesuatu hendaklah konsekwen, berani berbuat harus berani bertangungjawab. Jangan melibatkan temanmu lantaran ingin menghindari sangsi, karena jika kebohonganmu telah kebongkar, maka engkau akan menerima sangsi yang berlibat ganda dihadapan Allah dan gurumu, yaitu sangsi berbuat salah dan sangsi berdusta. Engkau tidak bisa menyelamatkan diri dari azab Allah Yang Megetahui segala apa yang engkau rahasiakan dalam hatimu.
Wahai anakku, sesunguhnya Al-Quran menegaskan bahwa Allah akan melanat orang yang berdusta. Apakah engkau rela menjadi orang yang dila’nat AIIah, padahal engkau mempelajara Dienul Islam.
Wahai anakku, apabila engkau berdusta sekali saja dan tidak ada orang yang mengetahui, ada kemungkinan diketahui orang secara kebetulan dikemudian hari. Dengan kemudian semua kebohongan yang pernah engkau lakukan akan terbongkar.
Wahai anakku, apabila engkau merasa tidak takut berdusta dihadapan manusia dan menganggap itu adalah hal yang sudah biasa, apakah engku merasa tidak takut terhadp azab Rabbumu yang selalu mengetahui segala yang dirahasiakan di dalam hati?
Wahai anakku, apabila seseorang berdusta, maka dia akan terbiasa melaukannya. Sulit baginya untuk selalu jujur. Karena itu usahakanlah untuk selalu memelihara kejujuran. Hindari perbuatan bohong, sekalipun perduatan itu dapat menyelamatkan dirimu.
Wahai  anakku, ini adalah wasiatku kepadamu. Apabila kamu termasuk orang yang jujur  sebagaimana sikap para penuntut ilmu, maka berjanjilah untuk tidak berdusta dalam setiap pembicaraan. Katakanlah: “Ya Aallah, hamba berjanji untuk tidak berdusta  kepada seseorang selama hidupku,” niscaya akan nampak bagiku di kemudian hari sejauh mana kamu menjaga janji yang kau ucapkan kepada Allah dihadapan guru dan teman-temanmu.
Wahai anakku, sesungguhnya orang-orang yang menjadikan dusta sebagai  permainan tidak akan mendapat pahala di sisi Allah. Jangan sampai engkau berdusta dan apabila ditanya, kemudian engkau menjawab: “Aku hanya main-main saja” janganlah engkau berdusta, baik dalam keadaan serius maupun santai.
Ingatlah! Sesungguhnya seseorang yang berbuat jujur, setiap perkataan dan perbuatan akan dijadikan dalil, sekalipun tanpa mengetahui dalil yang sebenarnya (Al-Quran dan Hadits). Dia akan selalu diajak bermusyawarah dan dimintai dalam pendapat  dalam penyelesaian suatu masalah. Jika engkau  ingin mendapat  kepercayan seperti itu, maka usahakanlah untuk selalu jujur dalam setiap  pembicaraan. Dan Allah maha Kuasa tentu memberi petunjuk dan pertolongan ke jalan yang lurus.


PELAJARAN XIII
KEUTAMAAN AMANAH

Wahai anakku, amanah (dapat dipercaya) merupakan sebaik-baik akhlaq dari beberapa akhlaq terpuji. Sedangkan khianat (tidak dapat dipercaya) merupakan seburuk-buruk akhlaq yang hina dan rendah. Amanah merupakan hiasan bagi orang-orang yg mulia dan berilmu. Sesungguhnya amanah dan sidiq (jujur) merupakan sebagian sifat-sifat para Rasul ‘alaihimu Shalaatu Wassalaamu (semoga shalawat dan salam dicurahkan kepada mereka).
Wahai anakku, jadilah engkau seorang yang dapat dipercaya dalam segala hal. Janganlah engkau kianat dalam masalah kehormatan, harta kekayaan dan sebagainya. Apabila seorang mempercayakan harta kekayaanya kepadamu, maka janganlah engkau berkhianat dan kembalikanlah jika dia meminta. Apabila seorang telah mempercayakan kepadamu suatu yang rahasia, maka janganlah engkau berkhianat dan menceritakannya pada orang lain, sekalipun dia teman yang dapat dipercaya dan mulia di sisimu.
Wahai anakku, apabila engkau tinggal di asmara atau kost, janganlah engkau mengambil atau menggunakan barang temanmu tanpa izin (ghashab). Jagalah hak milik temanmu, jangan sampai ada seseorangpun yang berani mengambilnya  tanpa izin, jika temanmu tidak berada di tempat.
Wahai anakku, jagalah dirimu, jangan sampai teman-temanmu menganggap dirimu tidak dapat dipercaya. Jangan sampai mereka berprasangka engkau mencuri barang-barang mereka, padahal engkau benar-benar melakukannya.
Wahai anakku, jadilah engkau seorang yang dapat dipercaya, baik dalam masalah yang besar maupun urusan kecil. Hidarilah pembicaraan khianat, sekalipun kepada dirimu sendiri, baik dalam hal yang dipandang mulia ataupun yang hina. Yang termasuk perbuatan khianat diantaranya membuka tas, koper atau lemari temanmu, di saat dia tidak ada, sekalipun hanya dengan niat malihat saja. Jangan mencari-cari kesalahan teman, jangan mencoba untuk mendengarkan pembicaraan dua orang temanmu tanpa seizin mereka, serta jangan memanggil seseorang dengan nama selain nama aslinya.
Wahai anakku, janganlah engkau mengambil sesuatu milik teman mu dengan maksud bergurau, dan segera engkau kembalikan bila dia mancarinya. Perbuatanmu ini akan menyebabkan temanmu selalu berprasangka buruk kepadamu dan mencurigaimu, meskipun engkau tidak berniat benar-benar mengambilnya. Sulit bagimu untuk menghilangkan prasangka buruk itu, bila mereka sudah terlanjur deranggapan demikian. Sebelum hal itu terjadi, maka hindarilah.
Wahai anakku, janganlah engkau berkhianat kepada dirimu sendiri dan kepada orang lain. Termasuk berkhianat pada diri sendiri adalah membaca buku dan menjawab pertanyaan guru dengan diam-diam terlebih dahulu membaca buku dan menjawabnya seolah-olah kamu mengetahui jawaban dari pertayaan tersebut. termasuk berkhianat pada diri sendiri adalah saat duduk di bangku ujian, bila kamu tidak mampu menjawabnya kemudian menyontek secara langsung jawaban tersebut atau diam-diam meminta seorang temanmu untuk mrnjawabnya.
Wahai anakku, dengan perbuatan itu, berarti engkau telah menipu dirimu sendiri. Sekalipun engkau kurang mampu dalam pelajaran, asalkan tidak menjadi pengkhianat dan penipu.
Wahai anakku, takut lah untuk melakukan hal seperti  itu, dan bersungguh-sungguhlah dalam menuntut ilmu. Selamatkanlah dirimu dari perbuatan khianat dan menipu diri sendiri. Dan Allah Maha Kuasa untuk memberi petunjuk dan pertolongan kepadamu.


PELAJARAN XIV
KEUTAMAAN DALAM ‘IFFAH

Wahai anakku, ‘iffah (menjaga diri dari sesuatu yang  haram) adalah sebagian dari akhlaq orang-orang yang mulia, termasuk sifat orang-orang yang beramal baik. sebab itu engkau harus memiliki akhlaq yang mulia itu agar menjadi suwatu watak yang tertanam dalam jiwamu.
Sebagian dari ‘iffah ialah berusah untuk menjadi orang yang hidup sederhana, tidak merasa berat untuk memberi makan dan minum kepada orang yang sangat membutuhkannya, juga kepada kawan yang lain. Dahulukan kepentingan orang lain daripada kepentingan pribadi.
Bagian lain dari ‘iffah ialah jangan sekali-kali engkau melihat sesuatu milik orang lain dengan maksud untuk memilikinya (thama’), jangan pula engkau terlalu rakus dalam makan dan minum untuk mengejar kesenangan sementara.
Wahai anakku, termasuk ‘iffah pula jika engkau dapat membagi dan membedakan kepentingan untuk pribadi serta kepentingan hawa nafsumu. Janganlah engkau memperturutkan kehendak hawa nafsumu dalam mencari kepuasan yang hina, perbuatan seperti ini hanya dilakukan oleh orang-orang dzalim (berbuat kerusakan), orang-orang yang rendah akhlaq sejalah yang selalu memperturutkan hawa nafsunya.
Wahai anakku, sesungguhnya orang kaya yang mengisi perutnya dengan roti (makanan enak) sama saja dengan orang fakir yang mengisi perutnya dengan makanan yang tidak enak, karena titik akhir dari semua itu adalah berupa kotoran.
Wahai anakku, jadilah engkau seorang yang berjiwa mulia dengan berbuat ‘iffah, janganlah engkau mengotori kemuliaan dirimu dengan makanan yang engkau makan dengan cepat, hingga tak tak terasa kelezatannya dan di mana saja kau berada hindari cara makan yang rakus agar engkau tidak mendaat celaan.
Wahai anakku, bagi yang belum memilikinya, ’iffah merupakan suatu perisai diri. Peliharalah perisai tersebut yang akan mengantarkan dirimu kedalam ketenteraman dan kemuliaan hidup, baik dalam pandangan ulama ataupun dalam pandangan orang awam (umum)
Wahai anakku, takutlah engkau dari segala perbuatan haram. Apabila engkau berjalan di keramaian, maka janganlah engkau memenuhi arah pandang matamu terus menerus kepada kaum wanita, begitu pula sebaliknya. Janganlah engkau asyik berbicara dengan wanita yang bukan mahram dan bukan sanak saudaramu (sekalipun itu teman belajar). Hindarilah olehmu berdua dengan wanita, perbuatan seperti itu diharamkan untukmu. Berpegang teguhlah kepada firman Allah: “Katakanlah kepada orang-orang beriman: hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu adalah lebih suci dari mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka berbuat.” (QS. An-Nur: 30)
Wahai anakku, dalam suatu hadits riwayat Ahmad, Bukhari, Muslim dan Abu Dawud dari Anas bin Malik, diriwayatkan juga oleh Imam Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan Ibnu Majah dari Shafiyah ra. Menerangkan: “Sesungguhnya syaitan itu menelusuri tubuh anak Adam (umat manusia) untuk menggodanya seperti beredarnya darah di dalam tubuh.” Kaum Wanita adalah tali pengikat  bagi syaitan untuk menjerumuskan orang-orang yang beriman lemah.
Wahai anakku, takutlah dan jangan sampai syaitan menarik dirimu ke arah perangkap yang telah dipasangnya dengan memperturutkan hawa nafsu yang tercela, sehingga dirimu terjerumus ke jurang dosa besar dan kemungkaran dengan melakukan perzinahan dan lain sebagainya.
Wahai anakku, ingatlah firman Allah: “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Israa’: 32)
Wahai anakku, wasiatku padamu, hendaklah engkau menjaga diri dari godaan dan bujuk rayu syaitan serta dari syahwat yang keji. Sesungguhnya Allah swt. selalu mengawasimu, sekalipun engkau berada di tempat sepi dan Allah akan menghisab (menghitung) segala amal perbuatanmu.
Wahai anakku, terimalah nasihatku ini. Ingatlah selalu setiap saat, lebih-lebih di kala engkau terterik melakukan sesuatu yang jelek dengan memperturutkan syahwat yang hina. Mintalah perlindungan-Nya dari godaan syaitan yang terkutuk, dengan membaca: “A’uudzuubillaahaminas syaithaanir rajiim.” Hadapkanlah dirimu kepada Allah dengan niat yang suci murni, mintalah keselamatan kepada Allah dari godaan dan rayuan syaitan. Wahai anakku, sesungguhnya Allah menguasai, menjaga dan memelihara dirimu dengan rahmat dan petunjuk-Nya.


PELAJARAN  XV
KEUTAMAAN MURUAH (KURANG MENJAGA KEHORMATAN DIRI), SYAHAMAH (MENCEGAH HAWA NAFSU) DAN ‘IZZATIN NAFSI (KEMULIAAN DIRI)

Wahai anakku, tidak ada kebaikan bagi orang yang sedikit muruahnya (kurang menjaga kehormatan diri), membuat dirinya hina dalam pandangan umat dan teman pergaulan. Apabila seseorang dihina dan dicela, dia akan merasa rendah diri serta kehilangan kemulian dirinya.
Wahai anakku, kepribadian orang-orang seperti itu bukanlah watak dan kepribadian orang-orang yang mempelajari Dien, dan tidak patut dimiliki oleh orang-orang yang memegang teguh ajaran syariat Islam.
Wahai anakku, jaga dan peliharalah sifat muruahmu, janganlah engkau dudukkan dirimu bukan pada tempatnya. Peliharalah dan jaga dirimu dari pergaulan dengan orang-orang yang rendah akhlaqnya dan tercela. Angkatlah kehormatan dirimu dari sifat-sifat kehinaan, janganlah engkau menjadi budak perutmu (hidup untuk makan ibarat binatang) dan janganlah engkau menjadi budak hawa nafsu syahwatmu dengan memperturutkan apa yang dikehendaki.
Wahai anakku, fakir (kekurangan) dalam masalah harta tidaklah menjadi tercela bagi umat manusia. Seseorang akan tercela apabila tidak memiliki sifat muruah, bukan karena sedikit hartanya. Seseorang akan mendapat pujian jika memiliki sifat muruah dan baik dalam bergaul dengan keluarga dan temanya, jadi bukan karena banyak harta.
Sebagaian dari sifat wara’ (orang yang dalam ilmunya) ialah menjaga wajahmu dari kehinaan memimta-minta, ridla untuk hidup sederhana apa adanya, makan hanya sekedar untuk penguat badan saja, sebagaimana diterangkan dalam hadits syarif, dari Nabi saw.: “Tidaklah anak adam (umat manusia) memenuhi suatu wadah yang lebih jelek dari pada perutnya. Hanya sekedar kebutuhan untuk mempertahankan kekuatan tubuhnya saja dia makan. Apabila merasa harus makan banyak, maka hendaklah dibagi isi perutnya, yaitu: sepertiga untuk menyimpan makanannya, sepertiga untuk menyimpan minumnya, dan sepertiga lagi untuk pernafasanya.” (Hadits riwayat Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Hakim dari Miqdad bin Ma’dikariba)
Janganlah engkau memancing seorang untuk mengungkapkan sesuatu yang telah diberikan kepadamu baik berupa barang ataupun yang lainnya, itu merupakan kesenangan sementara saja.
Sebagian lagi dari cara menjaga kehormatan diri ialah engkau selalu melihat dengan penuh kasih sayang kepada fakir miskin dan orang-orang yang sangat membutuhkannya.
Termasuk cara menjaga kehormatan diri yang lain ialah apabila engkau memberikan pertolongan kepada salah seorang  teman baik dengan harta ataupun lainnya, Janganlah engkau jadikan jalan untuk menghina dan mencelanya.
Wahai anakku, sebagian dari syahamah (mencegah hawa nafsu) ialah memaafkan orang yang bersalah atau berbuat jahat kepada dirimu, sekalipun dirimu mampu dan kuat untuk membalasnya. Bagian lain dari syahamah ialah berkata benar, sekalipun pada diri sendiri dan juga menjaga kehormatan diri sekalipun engkau hidup fakir tanpa dan papa dari harta.
Wahai anakku, orang yang tidak menjaga ‘izzatin nafsi (kemuliandiri), maka tidak akan manfaat harta dan yang lainnya untuk mencapai suatu kemulian.
Kemulian diri adalah lebih utama dan lebih mulia daripada kemulian harta benda. Sebagian dari kemulian diri ialah menunjukkan akhlaq yang baik dihadapan umat manusia, sekalipun engkau fakir. Tidak memperlihatkan hajat kebutuhanmu kepada seseorang yang dekat denganmu. Sebagian lagi dari kemulian diri ialah bersabar dikala mendapatkan kesulitan hidup, dengan kesabaran yang terpujidan berserah diri kepada Allah, janganlah meminta bantuan selain kepada Rabbmu.
Wahai anakku, sebagian dari ‘izzah nafsi, muruah dan syahamah ialah menjauhkan diri dari melakukan perbuatan yang hina dan rendah untuk dirimu, jauhi perbuatan yang dapat menjatuhkan harga diri serta juga menjauhi perkara-perkara yang dapat menjatuhkan nama baik generasi penerus yang menjujung Dienul Islam, menjaga nama baik lingkungan dimana engkau berpijak. Rasulullah saw. telah bersabda: “Orang mukmin dengan orang mukmin lainnya itu ibarat suatu bangunan, yang satu sama lainnya saling kuat menguatkan.” (Hadis riwayat Bukhari, Muslim dari Abi Musa Al-Asy’ari ra.)



PELAJARAN   XVI
GHIBAH, NAMIMAH, HIQD, HASAD DAN
TAKABUR

Wahai anaku, sebagian dari akhlak tercela dan hina ialah ghibah (engkau mambicarakan kejelekan temanmu di saat dia tidak ada). Apabila dia mengetahuinya tentu akan merasa tidak senang .
Wahai  anakku, pada setiap orang pasti  mempunyai  kekurangan, karena  itu jauhilah  olehmu  membicarakan  kejelekan  orang  lain. Wahai anakku, jauhilah ghibah, jauhi  perbuatan-perbuatan  yang  sejenis. Perbuatan yang serupa dengan ghibah adalah namimah (mengadu domba), janganlah engkau berbuat kerusakan dikalangan umat manusia janganlah engkau mengatakan kepada seseorang si Anu telah mengumpatmu, si Anu menuduhmu berbuat anu dan lain sebagainya.
Wahai  anakku, ghibah dan namimah adalah sebagian dari akhlaq yang rendah dan tercela, bukan akhlaq kaum pelajar, juga bukan akhlaq pelajar yang mempelajari Dienul Islam. Karena itu janganlah engkau mengotori diri dengan akhlaq yang rendah dan hina itu. Dalam Al Quran ditegaskan: “Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah olehmu kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan  orang  lain  dan  janganlah  sebagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu marasa jijik kepadanya. Dan  bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujaraat: 12)
Wahai anakku, janganlah engkau hasad (dengki) kepada temanmu yang mendapat keni’matan dari  Allah, karena dirimu tidak mendapatkan-Nya. Mungkin pada suatu saat Allah akan  memberimu ni’mat seperti apa yang diperoleh temanmu.
Wahai anakku, hasad itu sama sekali tidak ada manfaatnya, bahkan menimbulkan permusuhan dan dendam. Sesungguhnya apabila engkau dengki kepada salah seorang teman, maka temanmu akan marah dan membencimu, setiap orang yang mengetahuinyapun akan memberi penilaian bahwa dirimu berakhlaq rendah dan tercela.
Wahai anakku, karena itu tinggalkanlah sifat ghibah, naminah dan hasad. Tinggalkan pula sifat hiqd (benci) kepada teman dan kepada sekalian umat manusia janganlah engkau menyimpan  perasaan jelek kepada seseorang. Apabila ada seseorang berbuat salah kepadamu, kemudian memohon maaf, maka maafkanlah dengan penuh keikhlasan dan kejujuran, buang jauh-jauh perasaan untuk membalas dendam.
Wahai anakku, jadilah engkau seorang yang berhati suci, bersih dari sifat hasad, hiqd dan lainya, karena orang akan merasa bahagia dan cinta kepadamu.
Wahai anakku, hiqd dan hasad itu adalah akhlaq yang buruk, yang tidak akan memberi mudlarat kecelakaan kecuali kepada orang yang memiliki sifat itu. Hasad tidak akan dapat memindahkan keni’matan yang dimiliki seseorang kepada dirimu. Bila dirimu menjadi orang yang pendengki  pembenci, maka hatimu akan selalu panas, sakit hati sepanjang siang dan malam. Dirimu tidak akan tenang selama sifat hasad dan hiqd masih tertanam dalam hatimu.
Wahai anakku, apabila Allah memberi ni’mat karunia kepadamu, bersyukurlah, jangan engkau takabbur (sombong) terhadap sesama makhluk. Sesungguhnya Allah Dzat yang memberimu ni’mat dan Dia kuasa untuk mencabut kembali. Sesungguhnya Allah yang mencegah tidak memberikan ni’mat kepada selainmu itu kuasa untuk memberinya berlipat ganda dari apa yang telah diberikan kepadamu. Karena itu janmganlah engkau membuat murka Allah dengan takabbur kepada makhluk-Nya, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang takabbur.
Wahai anakku, janganlah dirimu terbuai oleh apa yang telah Allah berikan kepadamu, sehingga engkau lupa beribadah kepada-Nya, sesungguhnya dirimu adalah sebagian dari makhluk-makhluk-Nya yang wajib bersyukur dan beribadah kepada-Nya. Engkau mempunyai kedudukan yang sama dengan umat manusia lain, dan engkau akan mendapat kedudukan yang lebih tinggi bila engkau bertaqwa. dalam Al-Qur’an ditegaskan: “Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu kamu saling kenal mengenal. Sesunggnhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS.Al-Hujaraat: 13)


PELAJARAN XVII
KEUTAMAAN TOBAT, ROJA, KHAUF, SABAR DENGAN BERSYUKUR

Wahai anakku, hindarkanlah diri dari dosa dan kesalahan, terkecuali para Nabi  ‘Alaihimush Shalaatu Wassalaam, mereka semua ma’shum (terjaga). Jika dirimu terpaksa melakukanya beristighfarlah kepada Allah swt., sesugguhnya Rabbmu maha pengampun bagi hamba-hamba-Nya.
Wahai annaku, sesugguhnya bertobat dari dosa yang kau lakukan tidak cukup dengan kata-kata lisan saja, tatapi tobat yang sebenarnya ialah: pengakuan samua dosa yang telah engkau lakukan di hadapan rabbamu dengan kesadaran bahwamu sesungguhnya engkau telah berdosa dan wajib menerima siksa sebagaimana yang ditentukan Allah swt. Dalam bartobat hendaklah engkau beristighfar dengan perasaan sedih dan menyesal atas perbutan-perbutan yang engkau lakukan. Dan berjanji kepada Allah untuk tidak melakukanya lagi selamanya. Kemudian berserah diri dan berharaplah kepada Allah untuk mendapatkan ampunan dosa yang telah engkau lakukan. Apabila Allah menghendaki tentu akan menghendaki tentu akan mengapunimu, tapi mungkin pula Allah akan menyiksamu.
Wahai anaku, ini semua adalah cara tobat dan istighfar yang sebenarnya (taubatan nasuha). Bukan hanya cukup dengan ucapan: “aku bertobat kepada Allah”, tapi dirimu masih selalu melakukan maksiat. Hal ini merupakan perbuatan dosa lain yang wajib pula mendapatkan siksa Allah swt.
Wahai anakku, ambillah pelajaran dari dirimu sendiri, jika orang tua dan gurumu menyuruhmu untuk belajar dengan tekun tetapi engkau mengabaikannya dan ketika orang tua serta guramu hendak memberimu hukuman, engkau berkata: “aku bertaubat”, apakah tobatmu dapat diterima oleh orang tua dan gurumu, sedangkan engkau masih juga malas belajar?  Apakah ini bukan  merupakan tobat yang pantas untuk mendapatkan sangsi dua kali lipat?
Wahai anakku, jadikanlah takut kepada siksa Allah, sebagai dinding pemisah antara dirmu  dengan perbuatan dosa. Barangsiapa yang sangat takut kepada siksa Allah, maka sedikit kali kemungkinan dia melakukan pelanggaan terhadap ketentuan-ketentuan Allah, karena dia yakin bahwa segala perbuatan tentu akan dilihat dan dibalas Allah swt.
Wahai anakku, janganlah engkau berputus asa dari rahmat Allah apabila enkau terlanjur melakukan dosa. Berseralah dan dekatlah dirimu kepada Allah dikala kau sendri atau berada dikeramaian,  mintalah ampun dan maghfirah kepada-Nya, Rabbmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Wahai annaku, kalau dirimu ditimpa musibah, baik menimpa dirimu, hartamu ataupun sesuatu yang engkau anggap berharga maka bersabarlah. Mintalah pahala disisi Allah dengan ketabahan dan kesabaran dalam menghadapinya. Terimalah dengan ridla Qadla’ dan Qadar-Nya. Bersyukurlah kepada Rabbamu atas kelembutan dan kebaikan yang Alllah telah curahkan kepadamu, agar musibah yang menimpa dirimu tidak dapat digandakan. Mohonlah kehalusan Qadla’ dan Qodar-Nya serta ucapanlah: “ya Allah, sesugguhnyya aku tidak bermohon kepada-Mu akan tertolaknya Qadlo’,  tetapi aku mohon kepadamu akan kasih saying-Mu dalam menghadapi musibah.”
Wahai anakku, apabila engkau kehilangan sesuatu barang, tentu jalan keluanya engkau akan menggunakan barang lain yang ada, sekalipun barang tersebut engkau anggap lebih rendah nlainya dari yang hilang. Tidaklah musibah itu engkau rasakan sangat berat, kecuali di akherat nanti akan lebih berat dari apa yang kau hadapi sekarang. Karena itu janganlah engkau mengkufuri musibah yang menimpa dirimu menjadi penghalang untuk beribadah kepada Rabbmu, sesungguhnya Rabbmu adalah Dzat Yang Maha Bekehendak, tidak ada satupun mahukpun yang bisa menoak takdir-Nya dan Allah Maha Bijaksana lagi Maha Waspada.


PELAJARAN  XVIII
KEUTAMAAN  BERAMALA DAN MENCARI REZEKI YANG DISERTAI TAWAKAL SERTA ZUHUD

Wahai anakku, tuntutlah ilmu sebanyak mungkin, agar engkau dapat mengamalkan dan memberi manfaat untuk dirimu, serta dapat mengajar, menunjukkan dan mengajak umat manusia dalam mengamalkan ilmu tersebut. Belajarlah engkau agar dapat memperdalam ilmumu dengan jalan mengambil pelajaran dari hidup dan kehidupanmu serta mendapatkan jalan keluar dalam menempuh kehidupan duniawi dan ukhrawi. Janganlah engkau menpelajari suatu ilmu tetapi ilmu itu akan mencelakai dirimu dan jangan sampai ilmu tersebut menjadi pengikat atau pencegah gerak langkahmu dalam berpijak, ini karena piciknya pikiranmu dalam mengartikan ilmu yang akhirnya ilmu yang engkau miliki dapat menjadi jurang pemisah antara kehidupan dan hati nuranimu.
Wahai anakku, orang yang ’alim patut menjadi uswah (teladan) bagi umat manusia dalam bekerja (mencari harta), karena dia lebih mengerti cara mencari dan menafkahkan hartanya kejalan yang halal. Dan  juga memiliki nur ilmu yang akan memberi petunjuk kepada kita dikala jual beli, utang piutang, bercocok tanam, berdagang dan menginfakkan hartanya.
Wahai anakku, bukan perbuatan hina apabila seorang pelajar bercocok tanam atau membantu orang tuanya bercocok tanam. Sesungguhnya perbuatan hina itu ialah: apabila hanya mengejar-ngejar infak dan sedekah serta menggantungkan diri kepada belas kasihan orang lain atau hanya selalu menantikan sisa makanan dari orang lain.
Wahai anakku, sesungguhnya Rasullallah saw. pernah menggembalakan kambing sebelum diutus menjadi nabi, kemudian beliau berdagang sampai beliau diutus menjadi Nabi dan beliau tidak pernah meninggalkan usaha untuk hidup serta kehidupannya, yang akhirnya rezki beliau datang dari hasil ghonimah (rampasan perang) sebagaimana Imam Ahmad, Bukhari dan lainya meriwayatkan hadist dari Abu Hurairah ra., dari Nabi saw. beliau telah bersabda: “Allah tidak mengutus seseorang Nabi, kecuali dengan mengembalakan kambing terlebih dahulu.” para sahabat mengajukan pertanyaan “apakah engkau juga demikian wahai Rasullallah? “Ya, aku mengembala kambing di ladang sebelah sana, milik penduduk makkah.” Berdagangpun telah di lakukan dalam kehidupan Rasullallah saw. Adapun hadist-hadist shahih yang menerangkan bahwa sesungguhnya Nabi saw. Bekerja sama dengan Khatijah untuk berdagang sebelum beliau di utus menjadi Nabi. Imam Ahmad meriwayatkan hadist dari Ibnu Umar, dari Nabi saw. Beliau bersabda: “Aku di utus dengan mengangkat pedang (berperang) di zaman akhir, sampai Allah saja yang diabadi, tidak ada yang menjadi sekutu bagi-Nya. Dan rezkiku datang dari bawah anak tombak”.
Abu Bakar Ash-Shiddiq, juga seorang saudagar dari saudagar yang besar dan pekerjaan inipun berhenti setelah menjadi khalifah pertama. Demikian juga para shahabat Nabi yang lain dan para tabi’in serta para “Salafus Shalih”, selalu bekerja untuk mencukupi kebutuhannya. Dien yang mereka miliki tidaklah mencegah dirinya dari pergaulan dengan umat manusia dalam usaha mencari rezeki yang halal, tetapi mereka bahkan menjadi teladan didalam cara bekerja.
Wahai anakku, sesungguhnya engkau akan mengetahui banyak ilmu syara’ dalam ajaran islam, baik itu masalah jual beli, gadai, sewa menyewa, berdagang, bercocok tanam dan sebagainya. Karena itu beramallah sesuai dengan ilmu yang telah engkau miliki dan ajarkan umat manusia, sehinga  Allah swt. akan melipatgandakan pahalamu dalam beramal dan menyebar luaskan ilmu.
Wahai anakku, janganlah engkau berpendapat seperti orang-orang yang bodoh yang mengatakan bahwa tawakal (berserah diri kepada allah) ialah dengan meninggalkan usaha (bekerja) dan berserah begitu saja kepada takdir (ketentuan Allah). Sesungguhnya seorang petani yang bercocok tanam di sawah pada waktu siang dan malam merupakan contoh petani yang bertawakal kepada Allah, asalkan niatnya baik dan benar. Petani itu menerbahkan benih di sawah ladangnya, memelihara dengan baik dan setelah itu berhasil atau tidaknya dalam bertani diserahkan sepenuhnya kepada Rabbnya, kalau kiranya Allah menghendaki tentu akan tumbuh semi yang baik sehingga sehingga membawa hasil tujuh ratus kali lipat dari benih aslinya dan apabila Allah menghendaki tidak tumbuh, maka sama sekali tidak akan membawa hasil. itulah sebaik-baik tawakal yang tidak sertai kesedihan dan kebencian apabila tidak berhasil seperti yang kita harapkan.
Wahai anakku, zuhud (tidak terikat pada dunia) bukan berarti meninggalkan usaha (bekerja), tetapi zuhud ialah menghindarkan diri dari harta keduniawian di dalam diri. Apabila engkau bekerja sesuai hajat kebutuhan hidupmu dan memberi peretlongan kepada orang-orang yang lemah, serta bersedekah kepada orang-orang fakir dan engkau tidak berkeinginan untuk memupuk harta kekayaan kecuali dengan jalan yang dibenarkan oleh Allah, digunakan untuk beribadah keada-Nya. “Dan carilah pada apa yang telah dianugrahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu dari (keni’matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaiamna Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-Qashash: 77)


PELAJARAN XIX
KEUTAMAAN IKHLAS DENGAN NIAT LILLAHI TA’ALA DALAM SETIAP AMAL

Wahai anakku, dalam hadis Nabi diterangkan bahwa: “sesungguhnya setiap amal itu tergantung kepada niatnya. Dan seseoreorang akan mendapat balasan sesuai dengan apa yang diniatkannya.” (Hadits riwayat Bukhari, Muslim dan yang lain dari Umar bin Khathab ra., dari Nabi saw.)
Sesungguhnya orang yang menghindari makan dan minum dari pagi hingga sore dengan niat shaum, sama saja dengan lapar dan hausnya orang yang tidak makan dan minum dari pagi hingga sore. Tetapi orang yang pertama, di sertai dengan niat shaum, maka ia akan mendapat pahala di sisi Allah dengan pahala orang shaum disertai niat. Karena itu ikhlaskanlah dirimu dengan niat untuk mengabdikan diri kepada Rabbmu dalam segala amal.
Wahai anakku, belajarlah Dien Islam dengan niat menghindarkan diri dari larangan Allah, untuk mengetahui hukum-hukum Allah, mana yang dihalalkan dan diharamkan. Allah memerintahkan kamu untuk mengamalkan yang halal dan menjauhkan yang haram.
Belajarlah tentang ilmu tata bahasa Arab, agar engkau mudah memahami hukum-hukum dan nasihat-nasihat yang telah Allah sampaikan pada kitab-Nya yang  mulia Al-Quran. Dan Allah menerangkan hukum-hukum tersebut melalui lisan seorang Rasul-Nya dengan riwayat yang shahih, dapat di percaya sebagai pedoman hidup. Pelajari pola ilmu logika (ilmu yang dapat diterima akal), agar kita kuwat dan tetap dalam mengajukan hujjah (argumentasi) dan juga agar engkau dapat memberikan penjelasan yang semaksimal mungkin dalam menyebarluaskan ajaran islam serta mengajak umat manusia ke jalan yang diridlai Allah.
Wahai anakku, jadikan setiap langkah perbuatanmu bagian dari pengabdian kepada Rabbmu yang telah menciptakan dan menyempurnakan dirimu dalam bentuk lahir dan batin. Jangan sekali-kali engkau berharap untuk mendapat balasan dari selain Rabbmu.
Tingalkanlah segala keburukan, sebab Allah swt. Telah memerintahkanmu untuk menjauhinya serta lakukanlah segala kebaikan karena Allah telah memerintahkanmu untuk melakukannya.
Pegang baik-baik adab terhadap teman, karena sesungguhnya ini  merupakan perintah Allah dan sesungguhnya dirimu hanyalah sekedar mahluk yang Allah patut memberi sangsi apabila meninggalkan perintahnya-Nya.
Jangan berlebihan dalam melanggar hak-hak sesama manusia, karena Allah melarangmu untuk bermusuh-musuhan, lebih-lebih dalam hak sesama manusia, apabila hakim yang adil telah memutuskan, maka wajib untuk mengembalikan hak  itu  kepada yg memilikinya.
Janganlah engkau berkhianat kepada salah seorang makhluk Allah, sebab Allah telah melarangnya. Dan janganlah engkau hanya merasa takut kepada sesama makhluk sehingga menyebabkan dirimu berkhianat.
Tunduk patuhlah kepada ayah dan ibumu, sebab Allah telah mewajibkan atas dirimu  untuk ta’at dan patuh kepada orang tua selagi mereka tidak memerintahkanmu kepada kemaksiatan. Lakukanlah dengan keikhlasan, jangan hanya karena takut tidak diberi makan dan minum oleh orang tuamu.
Patuhilah kepada pemegang hukum dan pemimpin-pemimpinmu, sesama mukmin sebab Allah swt. telah memerintahkan demikian kepadamu. Lakukanlah semua ini dengan keikhlasan hati Lillahi Ta’ala, bukan karena mencari kehormatan dalam pandangan atasmu dan bukan karena takut  mendapat penilaian buruk atau takut diancam.
Kasih sayangilah orang-orang yang lemah, yang menderita sakit, anak-anak yatim dan orang-orang miskin, sebab Allah telah  memerintahkan untuk berbuat demikian kepadamu, jangan sekali-kali engkau mencari pujian dari sesama manusia (riya’) agar dirimu termasuk golongan orang yang selalu berbuat baik. Tetapi lakukan semua itu dengan keikhlasan hati.
Janganlah mencari atau  menantang musuh-musuhmu, sebab Allah melarang yang demikian kepadamu, jangan sekali-kali engkau merasa bangga dalam membalas orang yang telah menyakitimu, sekalipun engkau kuasa melakukannya.
Bersungguh-sungguhlah, agar segala amal perbuatanmu itu semata-mata ditunjukan untuk mengabdikan diri kepada Rabbmu dengan penuh keikhlasan dalam segala amal yang ditunjukan demi Dienul Islam, jamaah dan generasi penerusmu kelak. Dengan agar mereka selalu mendapat keridlaan dan pahala disisi Allah, bukan semata-mata mencari popularitas dan keuntungan duniawi. Mudah-mudahan Allah selalu mencurahkan petunjuk dan pertolongan kepadamu sehingga mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat ...... Amin.


PELAJARAN XX
WASIAT TERAKHIR

Wahai anakku, perbanyaklah tadarus Al-Quran dan hafalkan ayat-ayat yang mulia. Jangan sekali-kali engkau membaca Al-Qu’ran, tanpa merenungkan makna kandunganya. apabila engkau menemui kesulitan dalam menemukan makna salah satu ayatnya, maka kajilah kembali kitab-kitab tafsir atau datang kapada seorang ahli untuk meminta penjelasannya.
Wahai anakku, jauh sekali perbedaan antara orang yang membaca Al-Quran, tapi dia tidak faham maksud yang dibacanya dibandingkan dengan orang yang membaca Al-Quran, sedangkan ia memahami maksud dan makna yang dibacanya. Orang yang membaca Al-Quran dengan tidak mengetahui maknanya ibarat orang buta yang berjalan di jalan raya, dia tidak bisa melihat sesuatu, mungkin selamat, mugkin juga tidak. Sedangkan orang yang membaca Al-Quran dengan memahami maksud dan maknanya ibarat orang yang sehat penglihatannya dan dapat menyelamatkan diri di kala ada bahaya.
Wahai anakku, banyak orang membaca Al-Quran dengan maksud ibadah, tetapi dilaknati oleh Al-Quran itu sendiri. Allah tidak menurunkan Al-Quran yang mulia itu hanya untuk dijadikan sekedar bacaan tanpa diketahui makna dan maksudnya, dan bukan pula hanya sekedar dipahami makna serta maksudnya tanpa sering dibaca. Hendaklah keduanya dilakukanya. Tetapi Allah menurunkan Al-Quran untuk diambil i’tibar (pelajaran) dengan apa yang telah diperintahkan-Nya untuk dilaksanakan serta dijauhi segala larangan-Nya. Allah menurunkan Al-Quran itu agar dipegang kokoh ayat-ayatnya yang didalamnya  menerangkan akhlaq (aturan Allah) dalam segala hal. bacalah Al-Quran dengan niat untuk menjalankan segala perintah, menjauhi larangan serta akan berlaku baik dengan akhlak yang  telah terkandung didalamnya.
Wahai anakku, hitung (hisab) lah dirimu dari segala perbuatan sebelum dirimu dihisab oleh Rabbmu. Apabila engkau berbaring diperaduan hendak tidur, maka perhitungkanlah apa yang telah engkau perbuat seharian. Kalau ternyata engkau lebih banyak beramal baik, maka ucapkanlah: “Alhamdulillah” atas curahan pertolongan yang Allah berikan kepadamu. apabila ternyata banyak berbuat keburukan, maka segeralah bertaubat dan merasa menyesal  dengan memperbanyak ucapan: “Astaghfirullaahal’adhim” berjanjilah kepada Rabbmu untuk tidak mengulangi perbuatan maksiat. Insya Allah dengan jalan memperbanyak Istigfar Allah akan menerima tobatmu.
Wahai anakku, perbanyaklah pendekatan diri kepada Allah, dan berdoa memoho kebaikam untuk diri ataupun untuk kedua orang tuamu, juga untuk kawan-kawanmu sesama muslimin dan mukminin. Bacalah: “Ya Rabbku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat. Ya Rabb kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang mukmin pada terjadinya hisab (hari kiamat).”  (QS. Ibrahim:  40 – 41)
Ya Allah curahkanlah Rahmat-Mu  kepada kami semua, hindarkanlah diri kami dari segala kesulitan, wafatkanlah kami dalam berpegang teguh kepada iman yang sempurna dan berpegang teguh kepada kitabullah (Al-Quran) dan sunnah Rasul serta Engkau ridha kepada kami. Ya Allah ya  Rabb kami, curahkanlah ampunan-Mu kepada kami, kepada kedua orang tua kami, guru-guru kami dan kepada kawan-kawan seperjuangan kami dalam menegakkan Dien-Mu baik yang sudah gugur syuhada ataupun yang masih hidup, serta curahkan ampunan-Mu kepada seluruh kaum muslimin. “Maha Suci Rabbku Yang memiliki keperkasaan dari apa yang mereka (kaum kafirin) katakana. Dan kesejahteraan dilimpahkan kepada para  Rasul. Dan segala puji milik Allah Rabb seru sekalian alam.” (QS. Ash Shaffaat: 160 – 182)


KEISTIMEWAAN  MEMBACA  SURAH AL IKHLAS

Diriwatkan bahwa jika Nabi saw. sakit, maka beliau saw. membaca surah Al-Ikhlas dan Al-Muawwidzatain, kemudian meniupkanya kedua telapak tanganya dan mengusapkan keduanya keseluruh tubuhnya sebelum ia tidur. Membaca surah Al-Ikhlas sebanyak 1.001 kali dalam satu majelis dengan mengawali setiap bacaanya dengan kalimat Basmalah dan ia tidak memisahkan bacaanya dengan pembicaraan apapun, maka ia akan diberi kemenangan terhadap orang-orang yang memusuhinya.
Barang siapa yang rajin membaca surah Al-Ikhlas, maka ia akan diberi perlindungan dari segala kejahatan di dunia dan akkhirat. Jika ia membacanya ketika lapar atau ketika haus, maka rasa lapar dan hausnya akann hilang.
Perlu diketahui hendaknya seorang yang ingin memperbanyak bacaan surah Al-Ikhlas, maka ia harus yakin bahwa perbuatanya akan menghasilkan berbagai macam kebaikan, karena surah Al-Ikhlas termasuk puncak tauhid kepada Allah.
Diriwayatkan juga bahwa siapapun yang membaca surah Al-Ikhlas dengan 3 kali nafas, maka Allah akkan berfirman: “Allah, para malaikat dan orang-orang berilmu telah bersaksi tentang keadilan.”
Syekh berkata: “Sesungguhnya alam  rohani dapat mendatangi seorang ketika ia dalam tidur atau ketika ia dalam keadaan terjatuh atau tidak tidur , semuanya akan disesuaikan menurut kesiapan mental orang tersebut.  Adakalanya alam rohani datang sebagai cahaya yang murni, adapula yang datang di alam bentuk kilat dan sanyat cepat. Adapula yang datang berbentuk kilat seperti cahaya dalam cermin. Adapula yang berbentuk suatu cahaya dimalam bulan purnama dalam bentuk apapun. ada yang berbentuk burung berwarna hijau atau putih, tetapi wajah mereka berbentuk wajah manusia. Mereka menyajak pelakunya berbicara dalam berbagai bahasa, adapula diantara  mereka  yang  datang  kepada  pelakunya dengan membawa minuman. Kemudian minuman itu diberikan kepada pelakunya, sehingga pelakunya dapat melihat sesuatu yang misteri, sehingga ia melihat bendanya dengan jelas dan sangat lua biasa. Tetapi perlu diketahui bahwa minuman itu akan membakar pelakunya. Karena itu ia harus memperbanyak bershalawat kepada Nabi untuk menolak panasnya minuman tersebut, karena pelakunya sering membaca surat Al-Ikhlas setiap hari 1.000 kali atau lebih dari itu. (Asraar  Riyadah)
Diriwayatkan bahwa Nabi saw. pernah bersabda: “Sesungguhnya Allah akan memberi keistimewaan bagi hamba-hamba-Nya tertentu, yaitu akan memberinya minuman. Jika ia mengkonsumsi minuman itu, maka ia lupa ingatannya dan ia akan menjadi orang baik. Jika mereka telah menjadi orang baik, maka mereka akan fana sehingga mereka tidak mengenal diri mereka sendiri.”
Dalam hadits yang lain disebutkan bahwa Nabi saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah akan memberi minuman bagi orang-orang yang dicintai-Nya. Siapapun yang telah diberi minuman oleh-Nya, maka mereka akan menari dan berdiri, jika ia berdiri maka ia akan tidak sadar tentang dirinya.”
Disebutkan bahwa seorang penguasa kota Basrah bermimpi melihat Tsabit Al Bunani, ia melihatnya sedang terbang bersama malaikat, maka ia bertanya kepada Tsabit al Bunani: ”Dengan amalan apa anda dapat mencapai kedudukan seperti ini?” Jawab Tsabit: “Aku mendapat kedudukan seperti ini dengan bersabar, bersyukur dan memperbanyak bacaan surat Al Ikhlas.”



Pengarang: Muhammad Syakir
Penerjemah: Achmad Sunarto
Penerbit: Al Miftah Surabaya